Rabu, 17 Juni 2009

TOKOH DAN LELUHUR PURWOREJO

1.Wage Rudolf Soepratman, Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
2.Jenderal Urip Sumoharjo, Pendiri BKR, cikal bakal ABRI / TNI
3.Mr.Dr.Kasman Singodimejo (Kalirejo), Ketua BPUPKI (Badan Usaha Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia) Jaksa Agung dan Ketua BKR, tokoh Muhammadiyah.Ketua DPR (KNIP) Pertama.
4.Jenderal Ahmad Yani, TNI
5.Mr. Wilopo,Mantan Perdana Menteri ke-7 dan Menteri kabinet Sukiman – Suwirjo , dan Kabinet Amir Syarifuddin I dan II
6.Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, TNI
7.Ibu Negara Kristiani Herawati Susilo Bambang Yudhoyono
8.Raden Ngabehi Dr. Tjitrowardojo. Dokter pertama di Indonesia dan meraih gelar dokter pada usia 19 tahun.Lahir 14 Januari 1847.Meraih Bintang Tanjung perak dengan nama samaran M. Radiman.
9.Prof Dr Ing BJ Habibie anak dari Ibu R. Nganten Toeti Saptorini binti R. Poespowardojo bin R. Ng. Dr Tjitrowardojo
10.Jenderal Endriartono Sutarto, Mantan Panglima TNI.
11.Ny Nani Soedarsono (Kutoarjo)mantan Menteri Sosial
12.Mardiyanto, TNI, Gubernur Jawa Tengah (kini Menteri Dalam Negeri RI)
13.Hindarto , mantan Kapolda Metro Jaya
14.Pelukis Semboja (saat ini tinggal Pondok Kelapa Jakarta)
15.Pelukis Widayat (Tinggal di Muntilan Magelang)
16.Pelukis The Tjong King, di Belanda
17.HM Marsaid, SH Msi mantan Bupati Purworejo (mantan wakil Walikota Jakarta Utara)
18.Gagak Handaka Keturunan Sunan Pakubuwana (anak dari Prabu Susuhunan Amangkurat Mas,dan masih garis keturunan trah Kerajaan Majapahit Prabu Brawijaya, saat ini makam masih ada di Loano Purworejo dan pencipta ilmu-ilmu betako Merpati Putih).
19.Soeparjo Roestam, TNI (Loano) Mantan gubernur Jawa Tengah dan Menteri Dalam Negeri RI.
20.Wardiman Djojonegoro, Mantan Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI.
21.Mr Dr. Buntaran Martoatmojo, (Loano) Menteri Kesehatan RI I
22.Tjokropanolo TNI, Mantan Gub. DKI (anak dari Tjokropranoto Bupati Temanggung I, Tjokropranoto anak Adipati Loano Purworejo Gagak Handoko) Kerajaan Loano.
23.Soewardi , TNI, Mantan Gubernur Jawa Tengah.
24.Ki Hadi Sugito , dalang wayang kulit.
25.Ki Timbul Hadiprayitno, dalang wayang kulit
26. Penyanyi Gito Rolies, ayahnya TNI asal Purworejo lahir di Biak Papua.
27.Erman Suparno menteri Tenaga Kerja.
28.Danurwindo mantan pemain dan Pelatih PSSI.
29.Slamet Kirbiantoro, Mantan Pangdam Jaya.
30.Endriartono Sutarto, Mantan Panglima TNI.
31.Bustanul Arifin, Mantan Menteri Koperasi dan Kepala Bulog
32.Jan Toorop, pelukis Belanda.
33.A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
34.Johan Hendrik Caspar Kern, ahli bahasa dan orientalis.
35.Syekh Imam Puro, Ulama Purworejo.
36.Tjakrajaya atau Adipati Tjakranegara I atau Sunan Geseng murid Sunan Kalijaga.Merupakan Bupati Purworejo Pertama.
38.Nyi Bagelen.
39.Sri Maharaja Dyah Balitung Watukura, seorang maharaja terbesar pada masa Mataram Kuno. Tahun 901 M. Dengan wilayah kekuasaan (Jawa Tengah, Jawa timur hingga Bali)
40.Ratu Bajra atau Rakryan Mahamantri atau Maha Patih Hino, Sri Daksottama Bahunbajra Pratipaksaya atau Daksa.Ratu kedua setelah Sri Maharaja Dyah Balitung.
41.R. Semono Herucokro Sastrodiharjo. (masih Keturunan Sri Sultan HB III) lahir Jumat Kliwon tahun 1900. Meninggal Dunia tahun 1981 di Sejiwan Loano. Pernah menjadi Kapten marinir di Angkatan Laut dan Sri Sultan HB IX sangat menghormati beliau dengan mendatangi R. Semono di sebuah desa Kalinongko tempat tinggal Romo Semono. Ibu R.Semono adalah Dewi Nawangwulan istri padmi (permaisuri)Sri Sultan Hamengkubuwono III dan mengandung tinggal di Kalinongko dan lahir bersama emban Rantamsari. Makam ada di puncak Gunung Damar Kalinongko Purworejo.

Selasa, 16 Juni 2009

TOKOH : WR. Soepratman

Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Wage Rudolf Soepratman
Lahir : Purworejo, 19 Maret 1903

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru

Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya

Sadarlah hatinya Sadarlah budinya Untuk Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri ‘njaga ibu sejatiIndonesia!
Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya

Majulah Negrinya
Majulah Pandunya Untuk Indonesia Raya
-----------------------------------------------------
Luruskan Tempat dan Tanggal Lahir Pahlawan Nasional
Wr Soepratman.

Pemerintah Kabupaten Purworejo akan berupaya mendesak pemerintah pusat, melalui kementrian Sosial untuk meluruskan penulisan, tempat dan tangal lahir, pahlawan nasional, komponis, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya “, WR Soepratman, sebagaimana tertuang dalam penetapan Pengadilan Negeri Purworejo. Penegasan tersebut disampaikan Assisten bidang Administrasi dan Kesra, drh Abdurahman.Penegasan tersebut disampaikan pada acara Paparan dan Press Releas tentang WR Soepratman, Selasa (30/12), di pendopo rumah dinas bupati. Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut pihaknya akan membentuk tim, yang dikukuhkan melalui surat keputusan bupati. Ia mengakui, sebetulnya niat tersebut sudah ada sejak tahun lalu. Setelah ada penetapan dari PN Purworejo nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR, tanggal 29 maret 2007, sampai saat ini belum ada tindak lanjut. Sebelumnya pada tahun 1978, tercatat dalam berita acara persidangan Pengadilan Negeri Purworejo, Senin 9 Januari 1978 pada sidang permohonan pelurusan tempat lahir WR Soepratman. Kemudian 18-7-2006, diselenggarakan seminar “Pelurusan sejarah tempat dan tanggal lahir WR Soepratman”.Setelah melakukan koordinasi dengan Pemprop Jateng, Rabu (17/12) sore, tim berangkat menuju Jakarta. Esok paginya (Kamis 18/12), tiba di kantor Departemen Sosial RI di Jakarta. Disamping tim dari kabupaten Purworejo, di Jakarta bergabung, Dwi Raharjo (peneliti dari Hiprada, yang pernah melakukan penelitian tempat dan tanggal lahir WR Soepratman di tahun 1976), Didik Karsidi (ketua paguyuban warga Somongari di Jakarta), Edy Sitinjak (salah satu ahli waris WR Soepratman).Tim ini meminta kepada pempus untuk segera meluruskan dan mensosialisasikan sebagaimana penetapan PN Purworejo. Dalam penetapan tersebut tertuang bahwa WR Soepratman lahir pada hari Kamis Wage, tanggal 19 Maret 1903, di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Sebab selama ini ada versi lain tentang tanggal dan tempat lahir WR Soepratman.Sesuai petunjuk dari Kementerian Sosisal, Pemkab Purworejo membuat surat permohonan pelurusan sejarah tersebut, disampaikan ke Sekretaris Militer (sekmil), pada Sekretariat Negara, di Jakarta. Diharapkan Maret, Keputusan Presiden tentang hal itu sudah bisa diterima Pemkab Purworejo.
Bila hal itu terjadi berarti ada kebanggaan bagi masyarakat Purworejo. Dan kedepan, lanjut Abdurahman, ada wacana Somongari akan dijadikan kawasan wisata Ziarah atau Patriotik. Kamudian akan mengajukan permohonan ke Presiden, untuk membeli rumah tempat meninggalnya WR Soepratman di Surabaya. Kemudian memindahkan makamnya, yang saat ini juga di Surabaya, ke Purworejo. “Namun hal itu masih dalam batas wacana. Untuk itu pihaknya meminta masukan dari masyarakat Purworejo. Mengingat untuk keperluan tersebut, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit” ujarnya.

TOKOH : BJ Habibie


Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie
Masa Bakti 1998 -- 1999

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Eyang buyutnya adalah Dr. Raden Ngabehi Tjitrowardojo dokter pertama di Jawa dan berhasil meraih gelar Dokter pada usia 19 tahun. Bapak Habibie masih keturunan priyayi Jawa. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.
Dalam berbagai kesempatan Pak Habibie mengatakan meskipun mendapatkan beasiswa namun demikian beliau menolak mendapatkan beasiswa dan biaya sepenuhnya dari Ibunda beliau yang berjuang membiayai. Bagi generasi muda semua yang dilakukan patut diteladani pada diri Pak Habibie juga. Selain itu berpuasa dan kerja keras adalah merupakan hal yang selalu dilakukan.

Biodata
Nama: Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie
Lahir:Pare-Pare, 25 Juni 1936
Agama:Islam
Jabatan :
Presiden RI Ketiga (1998-1999)
Pendiri dan Ketua Dewan Pembina The Habibie Center
Istri: dr. Hasri Ainun Habibie (Menikah 12 Mei 1962)
Anak:Ilham Akbar dan Thareq Kemal
Cucu:Empat orang
Ayah:Alwi Abdul Jalil Habibie
Ibu:Raden Ajeng Tuti Marini Puspowardoyo bin Dr Ngabehi Tjitrowardojo
Jumlah Saudara: Anak Keempat dari Delapan Bersaudara

Pendidikan :
1. ITB Bandung, tahun 1954
2. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar Diplom-Ingenieur, predikat Cum laude pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1955-1960).
3. Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman, dengan gelar doktor konstruksi pesawat terbang, predikat Summa Cum laude, pada Fakultas Mekanikal Engineering, Departemen Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang (1960-1965).
4. Menyampaikan pidato pengukuhan gelar profesor tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung, pada tahun 1977.

Pekerjaan :
1.Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg, Jerman antara tahun 1965-1969.
2.Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Komersial dan Angkut Militer MBB Gmbh, di Hamburg dan Munchen antara 1969-19973
3.Wakil Presiden dan Direktur Teknologi pada MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen tahun 1973-1978
4.Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi MBB tahun 1978.
5.Pulang ke Indonesia dan memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina, yang merupakan cikal bakal BPPT, tahun 1974-1978.
6.Penasehat Pemerintah Indonesia di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang, bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tahun 1974-1978.
7.Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998.
8.Wakil Presiden R.I. pada 11 Maret 1998-21 Mei 1998.
9.Presiden RI 21 Mei 1998-20 Oktober 1999.

Organisasi:
Pendiri dan Ketua Umum ICMI

Penghargaan:
Theodore van Karman Award
Royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16

Publikasi
•Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B.Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
•Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
•Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
•Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
•Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
•Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
•Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
•Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)

Publikasi tentang B.J. Habibie
•Hosen, Nadirsyah, Indonesian political laws in Habibie Era : Between political struggle and law reform, ,Nordic journal of international law, ISSN 0029-151X, Bd. 72 (2003), 4, hal. 483-518
•Rice, Robert Charles, Indonesian approaches to technology policy during the Soeharto era : Habibie, Sumitro and others, Indonesian economic development (1990), hal. 53-66
•Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Cerita di Balik Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, ISBN 978-979-3-371-83-2, 2008

Sumber:
Dari berbagai sumber antara lain The Habibie Center dan Soeharto Center.com


Kisah Bigrfai lainnya :

Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan sifat cerdas dan semangat tingginya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama 1 tahun, ia kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan selanjutnya pada tahun 1955 beliau dikirim oleh ibunya (R.A. Tuti Marini Puspowardoyo) ke Jerman untuk melanjutkan studi di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule. Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.
Habibie tidak berhenti dengan diploma tekniknya. Ia melanjutkan studinya hingga jenjang doktoral. Ia mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
Karir di Industri
Setelah menyelesaikan pendidikan doktoral, BJ Habibie mengawali karir di Jerman dengan menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969), dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ).
Sebelum memasuki usia 40 tahun, Habibie memiliki karir yang sangat cemerlang, secemerlang ilmunya dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” yang sangat berharga bagi negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Kembali ke Indonesia.
Pada tahun 1974, (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia. Karena rasa hormatnya pada Pak Harto sekaligus keinginannya untuk memberi sumbangsih teknologi pada bangsa ini, akhirnya Habibie pun pulang ke Indonesia pada tahun 1974 di usia 38 tahun. Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada tahun 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, iapun diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional.

Pesawat CN-235 karya IPTN milik AU Spanyol
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri teknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yakni lebih baik investasi di bidang pertanian dahulu baru investasi secara bertahap hingga teknologi tinggi. Namun, Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu “quote” yang terkenal dari Habibie yakni :
“I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don’t think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.) Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa Industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari industri high-teck (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.

Habibie menjadi RI-1
Secara materi, Habibie sudah sangat mapan ketika ia bekerja di perusahaan MBB Jerman. Selain mapan, Habibie memiliki jabatan yang sangat strategis yakni Vice Presiden sekaligus Senior Advicer di perusahaan berteknologi tinggi di Jerman. Sehingga Habibie terjun ke pemerintahan bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan semata, tapi lebih pada perasaan “terima kasih” kepada Indonesia yang telah membesarkan dia dan kedua orang tuanya serta Presiden Soeharto. Sikap serupa pun ditunjukkan oleh Kwik Kian Gie, yakni setelah menjadi orang kaya dan makmur , Kwik pensiun dari bisnisnya dan baru terjun ke dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak dilakukan oleh para caleg saat ini yakni menjadi poltisi untuk mencari kekayaan sehingga praktik korupsi tidak sirna oleh waktu.
Tiga tahun setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB melalui orasi ilmiahnya tentang Konstruksi Pesawat Terbang. Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Di masa itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 10.000-an per dolar. Utang luar negeri membengkak dan banyak bank swasta mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan sistem orde baru yang sarat dengan Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto. Selain KKN, sistem pemerintahan Soeharto sangatlah otoriter dan menangkap semua aktivis dan mahasiswa yang berusaha menegakkan kebenaran pada tempatnya. UU hanya digunakan untuk membungkam masyarakat kecil, sedangkan pemerintah, konglomerat, MPR/DPR yang didominasi Partai Golkar dengan mudah melanggar hukum dan menikmati rupiah demi rupiah dari hutang-hutang kapitalis yang menghancurkan Indonesia.
Pergerakan mahasiswa,aktivis, dan segenap masyarakat pun memuncak pada 12-14 Mei 1998, dimana terjadi penembakan 3 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998 yang hingga saat ini pelakunya (semua bukti tertuju pada militer) masih misterius. Demonstrasi dan krisis kepercayaan masyarakat sudah mencapai titik akhir, dan akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto dipaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, sistem pemerintahan otoriter dan praktik KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, kebenaran-kebenaran peristiwa Pemerintah Soekarno, G30S-PKI, Supersemar, Pengasingan Soekarno ditutup rapat-rapat oleh pemerintah Soeharto yang didukung oleh negara-negara kapitalis seperti Amerika dan sekutunya melalui agen CIA, Bank Dunia, IMF, ADB, IGGI (CGI). Dan pada saat bersaamaan, sumber kekayaan alam kita dijamah secara besar-besaran.Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari. Dibawah kepemimpinan Habibie, bangsa Indonesia bukan hanya sukses melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), namun juga sukses membawa perubahan signifikn pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain : Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.

Catatan-Catatan Istimewa BJ Habibie

Habibie Bertemu Soeharto
“Laksanakan saja tugasmu dengan baik, saya doakan agar Habibie selalu dilindungi Allah SWT dalam melaksanakan tugas. Kita nanti bertemu secara bathin saja“, lanjut Pak Harto menolak bertemu dengan Habibie pada pembicaraan via telepon pada 9 Juni 1998.(Habibie : Detik-Detik yang Menentukan. Halaman 293)
Salah satu pertanyaan umum dan masih banyak orang tidak mengetahui adalah bagaimana Habibie yang tinggal di Pulau Celebes bisa bertemu dan akrab dengan Soeharto yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Pulau Jawa?
Pertemuan pertama kali Habibie dengan Soeharto terjadi pada tahun 1950 ketika Habibie berumur 14 tahun. Pada saat itu, Soeharto (Letnan Kolonel) datang ke Makasar dalam rangka memerangi pemberontakan/separatis di Indonesia Timur pada masa pemerintah Soekarno. Letkol Soeharto tinggal berseberangan dengan rumah keluarga Habibie. Karena ibunda Habibie merupakan orang Jawa, maka Soeharto pun (orang Jawa) merasa kedekatannnya dengan keluarga Habibie ketika bermukim di Makasar. Bahkan, Soeharto turut hadir ketika ayahanda Habibie meninggal. Selain itu, Soeharto pun menjadi “mak comblang” pernikahan adik Habibie dengan anak buah (prajurit) Letkol Soeharto. Kedekatan Soeharto-Habibie terus berlanjut meskipun Soeharto telah kembali ke Pulau Jawa setelah berhasil memberantas pemberontakan di Indonesia Timur.

Pada tahun 1956, Habibie mendapat beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Budaya Pemerintahan Soekarno untuk belajar Teknik Pembuatan Pesawat Terbang di Aachen, Jerman. Dalam beberapa wacana disebutkan bahwa rekomendasi beasiswa Habibie ke Jerman tidak lepas dari dukungan ibunda Habibie dan pak Harto. Dan setelah Habibie menyelesaikan studi di Jerman dan bekerja selama 9 tahun, akhirnya Habibie dipanggil pulang ke tanah air oleh Pak Harto. Adanya kedekatan dan rasa “balas budi” kepada negara (beasiswa) serta pak Harto, membuat Habibie dengan cepat memutuskan kembali ke Indonesia untuk membangun industri teknologi tinggi.
Bersama Ibnu Sutowo, Habibie kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soeharto pada tanggal 28 Januari 1974. Habibie mengusulkan beberapa gagasan pembangunan seperti berikut:
•Gagasan pembangunan industri pesawat terbang nusantara sebagai ujung tombak industri strategis
•Gagasan pembentukan Pusat Penelitan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek)
•Gagasan mengenai Badan Pengkajian dan Penerapan Ilmu Teknologi (BPPT)
Gagasan-gagasan awal Habibie menjadi masukan bagi Soeharto, dan mulai terwujud ketika Habibie menjabat sebagai Menristek periode 1978-1998.

Namun, dimasa tuanya, hubungan Habibie-Soeharto tampaknya retak. Hal ini dikarenakan berbagai kebijakan Habibie yang “mempermalukan” Pak Harto, meskipun tindakan Habibie merupakan langkah yang tepat dan benar. Diantaranya adalah memecat Letjen (Purn) Prabowo Subianto dari jabatan Kostrad karena telah memobilisasi pasukan kostrad menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan. Padahal Prabowo merupakan menantu kesayangan Pak Harto yang telah dididik dan dibina menjadi penerus Soeharto. Selain itu, Habibie juga memerintahkan pemeriksaan Tommy Soeharto sebagai tersangka korupsi. Padahal Tommy Soeharto merupakan putra “emas’ Pak Harto. Begitu juga, Habibie membebaskan tanpa syarat tahanan politik Soeharto seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.

Habibie : Bapak Teknologi Indonesia*
Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech” mendapat “hati” pak Harto. Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto. Pak Harto pun setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk mengembangkan ide Habibie. Kemudahan akses serta kedekatan Soeharto-Habibie dianggap oleh berbagai pihak sebagai bentuk kolusi Habibie-Soeharto. Apalagi, beberapa pihak tidak setuju dengan pola pikir Habibie mengingat pemerintah Soeharto mau menghabiskan dana yang besar untuk pengembangan industri-industri teknologi tinggi seperti saran Habibie.

Tanggal 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara (catatan : Nurtanio meruapakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia). Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia (PT DI) pada Agustuts 2000. Perlakuan istimewapun dialami oleh industri strategis lainnya seperti PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, tiap tahun pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang relatif besar untuk mengembangkan industri teknologi tinggi. Dan anggaran dengan angka yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 dimana Habibie memimpin industri-industri strategis. Namun, Habibie memiliki alasan logis yakni untuk memulai industri berteknologi tinggi, tentu membutuhkan investasi yang besar dengan jangka waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin dirasakan langsung. Tanam pohon durian saja butuh 10 tahun untuk memanen, apalagi industri teknologi tinggi. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun industri strategis ala Habibie masih belum menunjukan hasil dan akibatnya negara terus membiayai biaya operasi industri-industri strategis yang cukup besar.
Industri-industri strategis ala Habibie (IPTN, Pindad, PAL) pada akhirnya memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, kemampuan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
Untuk skala internasional, BJ Habibie terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.

Panser 6x6 Buatan Pindad
Karena pola pikirnya tersebut, maka saya menganggap beliau sebagai bapak teknologi Indonesia, terlepaskan seberapa besar kesuksesan industri strategis ala Habibie. Karena kita tahu bahwa pada tahun 1992, IMF menginstruksikan kepada Soeharto agar tidak memberikan dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan mengancam industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.

Teori Pembangunan Ekonomi Habibie
Menjadi pimpinan di Industri Pesawat Terbang skala besar di Jerman selama bertahun-tahun memberikan inspirasi dan mempengaruhi pemikiran Habibie. Berlandaskan pengalaman itu, Habibie memiliki keyakinan bahwa untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu perlu melewati “tahap-tahap” pembangunan yakni pertanian/agraris industri pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi rendah/menengah baru ke teknologi tinggi. Ia mengemukan teori pembangunan ekonomi negara yang berbeda yakni “Dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi”, tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri pertanian, atau tahapan industri manufaktur serta teknologi rendah.

“The basis of any modern economy is in their capability of using their renewable human resources. The best renewable human resources are those human resources which are in a position to contribute to a product which uses a mixture of high-tech.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Dari teori pembangunan ekonomi tersebut, Habibie sangat menekankan pada kualitas SDM bukan semata SDA. Dengan meningkatkan sumber daya manusia (human resources), maka kita dapat membuat produk berteknologi tinggi dimana memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini pun akan mentriger berdirinya perusahaan-perusahaan pendukung dengan teknologi lebih rendah. Jadi, prinsip pembangunan industri ala Habibie adalah Top-Down (dari tinggi hingga ke rendah). Sedangkan secara konvensional adalah dari Down-Top (dari industri teknologi rendah ke teknologi tinggi).
Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting seperti : Direkur Utama (Dirut) PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT Industri Perkapalan Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala BPIS, Ketua ICMI, dan masih banyak lagi.

Habibie : Bapak Demokrasi Indonesia
Ketika mendapat amanah menjadi Presiden RI ke-3, kondisi ekonomi, sosial, stabilitas politik, keamanan di Indonesia berada di ujung tanduk “revolusi”. Dengan mengambil kebijakan yang salah serta pengelolaan ekonomi yang tidak tepat, maka Indonesia 1998 berpotensi masuk dalam era “chaos” ataupun revolusi berdarah. (catatan : perlu diingat bahwa reformasi 1998 menelan ratusan bahkan ribuan korban pembunuhan dan pemerkosaan serta serangkaian kerusuhan, penjarahan, pembakaran, yang terutama ditujukan pada etnis Tionghoa). Untungnya di tahun 1998, Indonesia tidak masuk dalam era revolusi jilid-2 namun hanya masuk dalam era reformasi.
Belajar dari kesalahan presiden pendahulunya, Jenderal Soeharto, Presiden Habibie memimpin Indonesia dengan cermat, cepat, telaten, rasional dan reformis. Habibie menunjukkan perhatiannya terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan menerapkan prinsip umum demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan Habibie pada pemerintahan Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru, dimana telah mengarahkan beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui proses yang sistematik, menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelas, sebuah pengejewantahan dari proaktif dan prediksi preventive atas interpretasi dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan seperti:
•Kebebasan multi partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
•Undang Undang anti monopoli (UU 5 tahun 1999)
•Kebijakan Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
•Kebebasan berkumpul dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah demonstrasi)
•Pengakuan Hak Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999)
•Kebebasan pers dan media,
•Usaha usaha menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik dan bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
•Penghormatan terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang dibentuk atas prinsip demokrasi;
•Pembebasan tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan Muktar Pakpahan)
•Pemisahan Kesatuan Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu yang relatif singkat sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara pandangan modern beliau dalam demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembuatan keputusan. Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di Indonesia dikenal baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau dianggap sebagai “Bapak Demokrasi“. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata. Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie (masalah referendum Timor-Timur), Habibie secara berani mengundurkan diri dari pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999. Beliau melakukan ini, selain penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan tetap bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi.

Karena “demokratis”-nya Habibie, maka iapun memberikan opsi referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menentukan sikap masa depannya. Namun, perlu dicatat bahwa Habibie bukanlah orang yang bodoh dengan mudah memberikan opsi referendum tanpa alasan yang jelas dan tepat. Habibie sebagai Presiden RI memberikan opsi referendum kepada rakyat Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak masuk dalam peta wilayah Indonesia sejak deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara yuridis, wilayah kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945 adalah wilayah bekas kekuasaan kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Irian Jaya/ Papua). Ketika Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan wilayah jajahan Portugis, dan bergabung bersama Indonesia dengan dukungan kontak senjata.
Bagi sebagian orang menganggap bahwa masuknya militer Indonesia di Timor-Timur merupakan bentuk neo-kolonialisme baru (penjajahan modern) dari Indonesia pada tahun 1975. Seharusnya Indonesia tidak ikut campur pada proses kemerdekaan Timor-Timur dari penjajahan Portugis. Jadi, kita dapat memahami dibalik landasan Habibie dimana provinsi Timor-Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu dicatat bahwa kasus Aceh dan Papua berbeda dengan Timor-Timur.

Habibie : Master of Economic Crisis Solving
Sejak era reformasi 1998, tampaknya hanya Habibie yang menjadi presiden yang benar-benar sukses mengelola ekonomi dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul, kacau balau baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi, Habibie mampu membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan Habibie untuk memimpin Indonesia, toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang yang menyangsikan bahwa Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun semua dapat dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun menyampaikan opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari. Sekali lagi, Habibie membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam kondisi kritis bahkan saat terberat bangsa ini bahkan Bapak BJ Habibie memimpin Indonesia tanpa Wakil Presiden.

Dari nilai tukar rupiah Rp 15000 per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada periode Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan harga barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999. Indeks IHSG naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin. Tentu, indikator-indikator kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti dengan baik oleh masa pemerintah Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha keras dan perubahan mendasar dari para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti Adi Sasono (Men. Koperasi), Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan), Tanri Abeng (Men. BUMN). Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-benar reformis dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau terpaksa menjalana 50 butir kesepakatan (LoI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF, sehingga penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya lebih pada penyembuhan dengan “obat generik”, bukan penyembuhan ekonomi “terapis” ataupun “obat tradisional”. Sehingga ketika meninggalkan tampuk kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di kabinetnya, padahal masyarakat menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang menempatkan dirinya sebagai Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.

Habibie : Cendekiawan Muslim
Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi mereka yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya atas eksistensi-Nya, kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat. Pemilik kekuasaan tersebut, setiap saat dapat mengambil kembali milik Nya dengan cara apa saja.
(Habibie : Detik Detik yang Menentukan, halaman 31)
Selain memiliki kecerdasan yang tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia), Habibie dikenal sebagai cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam menghadapi berbagai kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk mendapat petunjuk atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan amanah dan titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak terjun dalam dunia politik dan kekuasaan, Habibie tetap memberikan sumbangsih kepada bangsa Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10 November 1999. Habibie Center merupakan organisasi yang berusaha memajukan proses modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama Habibie centre yakni (1) menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia, dan (2) memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi. Beberapa kegiatan yang dikenal luas oleh masyarakat dari Habibie Centre yakni seminar, pemberian beasiswa dalam dan luar negeri, Habibie Award serta diskusi mengenai peningkatan SDM maupun IPTEK.

Selain mendirian The Habibie Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990 atas persetujuan Soeharto. ICMI merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim untuk bersama-sama berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI didirikan untuk menampung aspirasi pengusaha non-China yang benci akan kekayaan dan pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan koran harian yang diberi nama Republika. Banyak umat muslim yang ikut terdaftar dalam keanggotaan ICMI termasuk cendekiawan pengkritik pemerintah Soeharto yakni (Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof. Amien Rais.

TOKOH : Prof. Dr. Raden Kasman Singodimedjo


MEMIMPIN ITU JALAN MENDERITA
HIDUP ITU BERJUANG


Prof Dr Mr. Raden Kasman Singodimedjo. Pernah menjabat Jaksa Agung, Kepala Kehakiman Militer, Menteri Muda Kehakiman, Ketua BPUPKI (Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Ketua KNIP (DPR RI Pertama) Beliau seorang yang pemberani dan penegak kebenaran.

Prof Dr Mr Raden Kasman Singodimejo, tokoh Muhammadiyah kelahiran Kalirejo Purworejo Jawa Tengah 25 Februari 1908 dikenal sederhana, terus terang dan pemberani. “Namanya memang Singodimejo, kenyataannya dia singa di mana-mana,” kata Mohamad.Roem, kawan dekat beliau sejak muda.Suatu hari setelah ceramah di Ternate, Kasman harus menyeberang ke Bitung (Sulawesi Utara) memenuhi undangan di sana. Ketika sampai di tepi laut, tiba-tiba cuaca berubah. Angin besar, ombak laut makin tinggi. Pemilik perahu biasanya tidak berani berlayar, menunggu cuaca baik kembali. Namun tidak tahu kapan cuaca akan baik kembali. Dalam ketidak pastian, Kasman keluar singanya.“Apakah ada nakhoda Muslim yang percaya bahwa hidup dan mati di tangan Allah? Siapa yang bersedia mengantarkan saya dalam keadaan ini ke Bitung?” teriak Kasman. Teriakan itu menularkan keberanian ke hati pemilik kapal. Beberapa orang mengacungkan tangan. Namun karena hanya perlu satu perahu, maka ia memilih salah satu dan terima kasih kepada yang lain. “Kalian juga sudah mendapat pahala.”Dalam buku biografinya: “Hidup Itu Berjuang”, diceritakan ketika dalam tahanan Orde Lama, dia diminta mengakui mengadakan rapat gelap untuk gerakan makar. Kasman menolak karena memang tidak melakukannya. Lalu dikonfrontir dengan Nasuhi, tahanan lain. “Tidakkah Letkol malam itu menjemput Pak Kasman lalu membawanya ke Tengerang?” kata pemeriksa. Nasuhi diam. Pertanyaan itu diulang dan diulang lagi. Tapi Nasuhi tetap diam. “Awas! Letkol diproses verbaal telah mengakuinya,” penyidik mulai menggertak. Nasuhi tetap diam. Suasana senyap.Kasman minta ijin bicara: “Bismillahir rahmanir rahim. Nasuhi kamu kan percaya kepada Allahu Akbar. Jawablah secara jantan. Kamu kan laki-laki. Allah sebagai saksi. Jawab yang lantang supaya kedengaran,” kata Kasman.Nasuhi menjawab: “Saya terpaksa menandatangani proses verbaal. Sebetulnya tidak begitu.” Lalu Kasman menyambung: “Nah, itulah tuan-tuan keadaan yang sebenarnya. Saya sebagai bekas Jaksa Agung, bekas kepala Kehakiman Militer, bekas Menteri Muda Kehakiman, tahu persis semua ini tidak syah.” Kasman lalu berdiri. Dibuangnya kursinya jauh ke belakang, tangannya diangkat lalu berteriak sangat keras dan melotot. “Percuma pemeriksaan semacam ini! Silakan tuan-tuan cabut pistol. Tembak saya! Tembak! Tambak!” Jaksa itu gagal memaksa Kasman. Singanya keluar pada saat yang tepat.Di luar soal “singa”, ada dua pesan Kasman yang patut direnungkan. Pertama: “Hidup itu berjuang”. Kedua: “Jalan pemimpin itu bukan jalan yang mudah. Memimpin itu jalan menderita”. Berjuang dan menderita memang sering menyatu. Kasman tidak hanya bicara tetapi telah menjalaninya berkali-kali.Sejak muda ia terlibat aktif mendirikan republik ini, kemudian melalui Masyumi dan Muhammadiyah berjuang mengisi negeri ini sesuai cita-cita dan prinsip hidupnya. Untuk itu dia rela empat kali masuk penjara. Sekali pada zaman Belanda, tiga kali masa rezim Orde Lama. Tapi dia tetap bahagia. “Bahagia dalam keluarga, bahagia karena hidup punya cita-cita,” kata Pak Roem. Karena “hidup itu berjuang”, maka bagi mereka yang tidak berjuang atau meninggalkan gelanggang perjuangan, sesungguhnya dia telah kehilangan makna hidupnya.


Jika hidup kehilangan makna, maka hidup itu sia-sia. Kata Imam Syafi’i: “Ucapkan takbir untuknya empat kali tanda kematiannya.”Pesan lainnya, pemimpin itu harus siap jika harus melalui jalan derita. Ini penting karena kini banyak orang mengira jalan pemimpin itu jalan di atas karpet merah, mobil mewah, rumah megah dan kursi empuk. Maka ketika negeri ini terpuruk dan rakyat dijerat kemiskinan akibat kenaikan BBM, yang terdengar adalah seruan rakyat mengencangkan ikat pinggang. Bukan pernyataan para pemipin, mulai presiden, wapres, anggota dewan dan seterusnya akan memotong sebagaian penghasilannya, membatalkan kunjungan kerja yang selama ini tidak berfaedah dan hal lain sejenis itu.Dalam Muhammadiyah, mereka yang ingin terjun ke persyarikatan dengan tujuan agar memperoleh fasilitas hidup, maka dia akan kecewa. Dia akan meninggalkan jejak buruk yang tak gampang terhapus dari ingatan. Tak dilarang kita menggunakan fasilitas, apalagi demi kelancaran tugas. Tetapi sungguh menyedihkan jika pimpinan persyarikatan, majelis, lembaga, ortom, amal usaha berebut fasilitas dan lupa menunjukkan kerja nyata. Baru bekerja kalau sudah tersedia fasilitas. Muhammadiyah adalah organisasi kerja. Bukan organsiasi papan nama, apalagi sekadar tempat numpang gaya dan numpang fasilitas.

Pesan Pak yang diucapkan ketika beliau masih mahasiswa bahwa jalan pemimpin itu jalan menderita, masih relevan sampai sekarang. Al-Quran juga mengingatkan: “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereke ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul berkata: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah amat dekat.” (QS 2: 214)




Ketua KNIP

29 AGUSTUS 1945 s.d. PEBRUARI 1950Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945.Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP :
· Mr.Kasman Singodimedjo - Ketua
· M. Sutardjo Kartohadikusumo - Wakil Ketua I
· Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II
· Adam Malik - Wakil Ketua III


Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan.Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik.


Senin, 15 Juni 2009

BANGUNAN BERSEJARAH

Pendopo Kabupaten

Ingat Purworejo ingat kota yang memiliki banyak pahlawan nasional, dan tak lupa sebagai kota Pensiunan. Memiliki banyak potensi wisata, makanan khas, tempat-tempat bersejarah dengan bangunan yang kuno. Bangunan tempo doeloe tersebut juga masih banyak berdiri kokoh dan seolah kita masih dalam masa-masa tempo doeloe meski berada di tahun abad ke-21.







Pendopo terbesar di Indonesia, Bedug terbesar di dunia, dan memiliki alaun -alun sekitar 8 hektar ditengah kota. Masjid berada di barat alun-alun , Masjid Setren di Bagelen dan Masjid al Iman Loano berdiri sejak tahun 1486 Masehi sebagai peninggalan murid Sunan Kalijaga yang berdakwah hingga Bagelen. Banyak bangunan bersejarah juga masih beriri seperti bekas Kantor Residen Bagelen (Kantor Bupati saat ini) . Stasiun Kereta Api (bangunan lama) dan terminal lama















Busana Bagelenan

Rancangan Busana Bagelenan

Setelah berlangsung lebih dari 10 tahun, Team Perancang Busana Bagelen, yang terdiri dari : Masduqi Simor, SH (Dinas KPI),selaku Ketua, Drs Basuki Budi Rahardjo (SubDin Kebudayaan), selaku Sekretaris dan beranggotakan, Drs. R Istiharto (budayawan), Drs, Mangkutrisno (Sejarawan), Radix Penadi (Sejarawan), Soekoso DM, BA (budayawan), Sardiatmoko (budayawan), Oteng Suherman (budayawan), Wasito Adi, BA (budayawan) dan Drs, Eko Riyanto (sejarawan), melalui metoda : study literatur, study lisan atau interview dan study pengamatan peninggalan sejarah, telah berhasil menciptakan Rancangan Busana Bagelenan sebagai salah satu ciri jatidiri Kota Purworejo.
Busana Bagelenan memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam Prasasti Kayu Ara Hiwang yang mencerminkan : Masyarakat Religius, Toleran, Prihatin, Temen Tumemen, Membangun, Gotong Royong, Setia dan Perwira/Ksatria, Wani Ngalahan, dan andhap asor

Bagian dari Busana Bagelenan meliputi :
(a) Bagian Penutup Kepala
(b) Bagian Penutup Badan
(c) Asesoris.

Bagian Penutup Kepala disepakati berupa DESTAR atau IKAT KEPALA dari Kain Batik dengan ciri sebagai berikut : (a) Mempunyai KUNCUNG di bagian depan (b) Mempunyai Wiron Sederhana. (c) Mempunyai Jebehan (ujung destar) .(d) Memakai Bros (bila mungkin).



Dasar dari pembuatan KUNCUNG adalah :
(a) Gambar Relief di Candi Borobudur dan Prambanan (b) Gambar atau Foto busana akhir abad ke-19 (c) Gambar Bupati Purworejo RM Soegeng Cokronegoro IV dan (d) Gambar atau Foto orang-orang jaman akhir abad 19 dan awal abad ke-20.



Bagian Penutup Badan terdiri :
(a) Penutup Badan Bagian Atas atau Baju atau Sikepan, terdiri dari 1. ATELA LANDHUNG atau PANJANG 2. ATELA KROWAKAN KERIS
(b) Penutup Badan Bagian Bawah : Celana, Kain Batik, Pengikat Kain.
(c) Alas Kaki

Asesoris dalam Busana Bagelenan terdiri dari : (a)Kalung Ulur-ulur atau Karet (b) Rantai Jam Bandul (c) Bross Kalung (d) Bross Destar (e) Insight Lambang Kabupaten Purworejo.

Busana Putri.
Busana Bagelenan bagi Putri (perempuan) tidak jauh berbeda dengan model busana kebaya biasa, ada yang tanpa Kutu Baru (bef) atau ada pula yang memakai Kutu Baru (bef), disamping kebaya yang landhung (panjang) maupun Pendek atau bahkan busana Bagelenan muslim biasa.




Busana Bagelenan yang merupakan ciri Jatidiri Kabupaten Purworejo baik bagi kaum lelaki tua dan muda serta bagi kaum wanita.

Minggu, 14 Juni 2009

SEJARAH II PURWOREJO

SEJARAH KEDUA. Pada abad ke-19 Bagelen yang wilayahnya meliputi kawasan antara sungai Bogowonto dan sungai Cingcingguling secara paksa diminta dan dijadikan Karesidenan dalam kekuasaan Belanda.

Berdasarkan arsip Karesidenan Bagelen tahun 1930 terdiri dari :
1. Kabupaten Ketanggong (Tanggung) dipimpin oleh Cakrajoyo atau Cakradiwirya (kelak menjadi Bupati Purworejo I, bergelar KRA Cakra Negara) Pada sejarah lain, disebut Sunan geseng murid Sunan Kalijaga yang awalnya tukang deres nira kelapa.
2. Kabupaten Semawung dipimpin oleh Sawunggaling .
3. Kabupaten Kutowinagun (Kebumen)dipimpin oleh Arung Binang ,
4. Kabupaten Reemo, (sekarang daerah Karanganyar Kebumen) dipimpin oleh Sindu Pati, dan
5. Kabupaten Urut Sewu (ledok /sekarang Kab.Wonosobo)dipimpin oleh Adipati Ario Blitar

Ibukota Karesidenan ditetapkan di Purworejo. Kantor Residennya di Kantor Bupati Purworejo saat ini (Otonom) dan sangkala bangunanya Hestining Rasa Hambuka Praja menunjukkan Tahun dibangunnya Kantor Residen. Dalam sejarah berdirinya Kasultanan Yogyakarta , Pada tahun 1746 RM Seojono yang merupakan adik Susuhunan Mataram Pakubuwono II di Surakarta menuntut kepada Susuhunan Mataram Pakubuwana II untuk menepati janji memberikan daerah Sukawati (Kab Sragen saat ini) atas kemenangan Mangkubumi melawan RM Said. Akhirnya terjadinya perjanjian Giyanti bahwa separuh Mataram menjadi milik Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengkubuwana I yang bergelar Senapati Hing Haloga Sayidin Panatagama Khalifatullah dengan Keraton di Yogyakarta. Berkuasa sejak 6 Agustus 1717 - 24 Maret 1792. Sedangkan Sultan HB II berkuasa sejak tahun 1792 s.d. 1828. Sultan HB sebagai orang yang keras menentang kekuasaan imperialis barat, antara lain menentang Gubernur Jenderal Daendels dan Letan Gubernur Raflles. Sultan HB II juga menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendels (Belanda) bahwa alat kebesaran yang dipakai para residen Belanda pada saat menghadap Sultan misalnya hanya menggunakan payung dan tak perlu membuka topi. Perselisihan antara HB II dan Susuhunan Surakarta tentang batas wilayah daerah kekuasaan juga mengakibatkan Daendels memaksa Sultan HB II turun tahta tahun 1810 dan mengangkat putranya sebagai Sultan HB III, Sehingga dalam keraton terdapat Dua Sultan , Sultan HB II disebut Sultan Sepuh dan putranya disebut Sultan Raja. Putra Sultan Sepuh memegang kekuasaan pada tahun 1810. Satu tahun kemudian ketika Pemerintah Belanda digantikan oleh Pemerintah Inggris dipimpin Letnan Gubernur Raffles, Sultan HB III turun tahta dan kerajaan dipimpin oleh Sultan Sepuh (HB II) kembali selama satu tahun (1812) Pada Masa kepemimpinan Sultan HB III keraton Yogyakarta mengalami kemunduran yang besar besaran antara lain :
Kerajaan Yogyakarta harus melepaskan daerah Kedu ( Magelang, Wonosobo, Temanggung, Purworejo dan Kebumen), separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris diganti kerugian sebesar 100.000 real setahunnya.Angkatan perang kerajaan diperkecil dan hanya beberapa tentara keamanan keraton.Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan ke Pangeran Notokusumo yang berjasa kepada Raffles dan diangkat menjadi Pangeran Adipati Ario Paku Alam I.
Dalam Babad Dipanegara lan Babad Nagari Purworejo yang naskah ini bertuliskan dalam Bahasa Jawa Akasara Jawa dalam bentuk Macapat (naskah ini ada di Perpustakaan Nasional KBG No. 5 sebanyak 703 halaman Rol 07 No 04, saya Ngapdurojak juga memiliki sebagian naskah fotokopinya) Naskah tersebut ditulis sendiri oleh Raden Demang Cakradiwirya (R. Adipati Cakranegara, Bupati Purworejo I ) tahun 1854, mengisahkan tentang perang Diponegoro yang berkobar di pulau Jawa antara tahun 1825 – 1830. Dalam tulisan tersebut menceritakan tentang pengalaman Cakradiwirya yang mengikuti Pangeran Kusumadilaga dalam memerangi Pasukan Dipenegara di daerah daerah : Banyumas, Kedu, Kebumen , Pajang dan Mataram . Sesudah peperangan selesai , dua tahun kemudian Cakradiwirya diangkat menjadi Adipati di Purworejo bergelar Cakra Negara I . Dalam menceritakan peristiwa perang Dipanegara , mula-mula dikisahkannya huru hara yang timbul di Kesultanan Yogyakarta. Huru hara itu timbul sejak tersingkirnya Sultan Hamengku Buwana II, yang digantikan oleh putranya, Yaitu Sultan HB III. Yang memegang peranan terpenting dalam tersingkirnya Sultan HB II dan naik tahtanya Sultan HB III, pemegang peranan ialah Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu sebagai jasa kepada putranya, Sultan HB III akan mengangkat Ontowiryo atau pangeran Diponegara sebagai Putra Mahkota. Akan tetapi Pangeran Diponegoro tidak bersedia menerima anugerah ayahandanya, sehingga akhirnya yang diangkat menjadi putra mahkota RM. Suraya, sedangkan kelak Pangeran Diponegoro akan bertindak sebagai penasehatnya. Rencana tersebut terlaksana. Akan tetapi lama kelamaan kedudukan pangeran Diponegoro sebagai penasehat Sultan terdesak, dan banyak hal yang menyebabkan Pangeran Diponegoro berselisih dengan Patih Danureja yang disokong oleh Belanda.Pangeran Diponegoro akhirnya tidak bersedia ikut turut campur dalam urusan pemerintahan dan menyingkirkan diri ke Tegalrejo, dan membentuk kekuatan. Pemberontakannya terhadap keraton sejak kepemimpinan HB V (1822) dimana Diponegoro menjadi salahsatu anggota perwalian yang mendampingi Sultan HB V yang berusia 3 tahun sedangkan pemerintahan sehari hari dipegang oleh Danurejo bersama residen Belanda. Cara perwalian ini tidak disetujui Pangeran Diponegoro. Itulah pangkal dari pecahnya perang Diponegoro yang sesungguhnya. Yang berlangsung dari tahun 1825-1830. Pada tanggal 28 Maret 1830 Di Magelang Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, Semarang dan ke Jakarta, 8 April 1830 ditawan di Tadius Jakarta, 3 Mei 1830 diberangkan ke Manado dengan kapal Pollux ditawan di benteng Amsterdam. Tahun 1834 dipindah di tawan di benteng Rotterdam Makassar Sulawesi Selatan. 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di Kampung Melayu Makassar, Saat ini lokasi tersebut berada di pinggir jalan Diponegoro Makassar Sulawesi Selatan. Bagi yang ingin berziarah silakan. Sebetulnya saat penulis berada di Ambon Maluku, terdapat Makam keluarga Pangeran Diponegoro, namun tidak tahu pasti apa yang menyebabkan ada makam pula keluarga Diponegoro di Ambon Maluku.

Sejarah berdirinya Purworejo tak lepas dari sejarah kerajaan Kesultanan Yogyakarta. Setelah Perang Diponegoro Selesai maka daerah tersebut diambil alih oleh Belanda dan dijadikan karesidenan. Pada 13 Februari 1831. ketika masa Pemerintahan Cakra Negara. Pada tahun tersebut dibangun Masjid (saat ini masih ada disebelah barat alun-alun) serta bedug terbesar di dunia bedug PENDAWA. Serta membangun Pendapa yang juga terbesar di seluruh Indonesia (saat ini menjadi kediaman dinas Bupati Purworejo). Maka Belanda memberikan penobatannya menjadi Bupati Purworejo I karena jasanya mengalahkan Diponegoro.
Sebagai suatu pemukiman , Bagelen ditempati oleh sekelompok manusia sejak awal masa sejarah dan kemungkin bahkan masa prasejarah. Hal tersebut dibuktikan oleh sering ditemukannya di deerah tersebut berupa menhir, candi, lingga , yoni, stupa, prasasti situs maupun artefak lainnya.

BABAD NAGARI PURWOREJO

Purworejo atau yang dikenal dahulu sebagai Bagelen berdiri sejak 5 Oktober 901 Masehi. Bagelen dahulu merupakan mancanegara Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keduanya saling berkaitan dalam sejarah Babad Dipanegara lan babad Nagari Purworejo, Babad Tanah Jawa dan Kitab Negara Kertagama

SEJARAH PERTAMA
Sejarah berdirinya Purworejo, berdasarkan adanya Prasasti “ Kayu Ara Hiwang” atau dikenal sebagai Parasasti “Boro Tengah” Yaitu prasasti tentang peresmian Tanah Perdikan (sima) , Kayu Ara Hiwang yang ditemukan di bawah pohon / tanaman Kayu Sono di dukuh Boro Tengah, tepi sungai Bogowonto atau sungai Watukura. , sekarang masuk wilayah kecamatan Banyuurip.
Prasasti batu Andesit yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna sebanyak 21 baris ini sejak tahun 1890 telah dipindahkan dan disimpan di Museum Nasional Jakarta Jl Merdeka Barat , dengan inventaris No 78. Prasasti Kayu Ara Hiwang menyebutkan tahun Saka 823, bulan Asuji, hari kelima bulan Paro Petang, Vurukung Senin (wuku) Margasira, bersamaan dengan Siva, atau tanggal 5 Oktober 901 Masehi. Saat itu Raka dari Vanua Poh, Dyah Sala (Mala), putra dari Sang Ratu Bajra yang tinggal di Parivutan, telah menandai Desa Kayu Ara Hiwang yang masuk wilayah Vatu Tihang, menjadi tanah perdikan. Daerah tersebut dibebaskan dari segala pajak, kesemuanya itu untuk memelihara tempat suci Parahyangan. Selain itu , pangeran dari Parivutan mensucikan kejelekan.
Dalam Parasasti tersebut diungkapkan bahwa pembebasan Kayu Ara Hiwang dari kewajiban membayar pajak dan menjadi tanah perdikan , meliputi segala yang dimiliki desa , meliputi : katika, guha, katagan, gaga. Juga disebutkan , Rakaryan dari Vatu Tihang., Pu Sanggrama Surandhara, penduduk Gulak yang masuk wilayah Mahmili menerima pakaian ganja haji patra sisi satu set, perak satu kati dan prasada voring sebanyak satu swarna. Dalam prasasti tersebut juga disebutkan para pejabat dari berbagai tempat antara lain dari Paranggang, Padamuan, Mantyasih, Medang, Pupur, Taji, Watu Tihang Kasugihan, Pakambingan, Varu Ranu, Lampuran, Watu Hyang, Alas Galu, Pakalangkyang, Pagar Vsi, Sru Ayun, Sumumilak, dan Kalungan. Para Pejabat yang hadir tersebut menerima Pasek-pasek berupa pakaian berwarna dan emas seberat satu swarga, satu masa enam masa dan dua belas masa, atau perak satu kati atau satu karsa dua masa.
Sedangkan sampai detik ini tempat-tempat yang disebutkan dalam parasasti tersebut diantara masih ada dan masih bisa dikenali, antara lain Mentyasih = Magelang, Vatu Tihang = S(e)olo Tiang (daerah Loano), Taji = Prambanan , Kalughan = Kalongan Loano dan sebagainya..
Dilihat dari tahun dikeluarkannya prasasti tersebut , dipastikan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada masa kekuasaan, Sri Maharaja Dyah Balitung Watukura, seorang maharaja terbesar pada masa Mataram Kuno. Dan mempunyai wilayah dan mempunyai wilayah kekuasaan dari Jawa Tengah, Jawa Timur sampai ke Bali. Dyah Balitung dikenal sebagai Pangeran yang memiliki wilayah Palungguhan di lembah sungai Watukura, sungai besar yang mengalir dari Gunung Sumbing sampai kelautan Hindia , pantai selatan Jawa Tengah.
Menurut Van Der Meulen SJ, pendiri Fakultas Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, wilayah Bagelen berbentuk segitiga, tempat yang sekarang dikenal bernama Ledok, merupakan pojok paling utara dari Bagelen. Basisnya Pantai Selatan, puncaknya Gurung perahu (Dieng) Sungai yang terutama adalah Bogowonto atau Watukura.. Van der Muelen bahkan berpendapat, apa yang dinamakan Holing dalam Tiongkok Kuno seharusnya dibaca Halin, yakni singkatan dari Baghahalin (bagelen), kerajaan yang berlokasi di lembah sungai Bogowonto atau sungai Watukura. Bagelen tersebut sama dengan Pagelen yang disebut dalam Babad Tanah Jawi, kerajaan yang semula diperintah Khulun. Pendapat Van der Meulen tersebut yang menggali isi Kitab Cerita Parahyangan dan Babad Tanah Jawi tersebut, menurut Dr N. Daljoeni merupakan sumbangan yang telah mengobori pronto sejarah yang gelap abad ke-5 sampai dengan abad ke-7.
Sekalipun dalam prassti Kayu Ara Hiwang secara implisit disebutkan nama Sri Maharaja Dyah Balitung Watukura, namun dalam prasasti tersebut disebutkan, nama “Sang Ratu Bajra”. Tokoh ini diduga keras adalah adalah, Rakryan Mahamantri / Maha Patih Hino, Sri Daksottama Bahunbajra Pratipaksaya atau Daksa orang kedua setelah Sri Maharaja Dyah Balitung Watukura. Jadi sebutan “Sang Ratu “ layak diberikan kepadanya karena dalam sejarah perkembangan berikutnya, Daksa adik ipar Balitung naik tahta menjadi raja menggantikan Balitung. Di sisi lain dalam prasasti “Sipater” parasasti batu yang ditemukan di wuwungan (bagaian dalam atap yg tertinggi) Masjid Jenar Kidul tahun 1981 tidak jauh dari lokasi Boro Tengah mengungkapkan pembuatan sebuah “dawuhan” atau tanggul / dam untuk mengairi persawahan. Dalam prasasti tersebut disebutkan nama seorang Samgat dari Kayu Ara Hiwang yang masuk dalam wilayah (anak wanua) Pariwutan dalam wilayah (watek) Ghaluh. Selain itu dalam prasasti “ Tulanana’” tahun 823 Saka. Dyah Balitung Watukura juga disebut sebagai Rakai Galuh, penguasa daerah Galuh. Dengan demikian pendapat Profesor Purbatjaraka, bahwa Dyah Balitung Watukura adalah seorang Pangeran berasal dari Kedu Selatan atau Bagelen adalah benar.
Menurut Prof. Purbatjaraka, nama “Pagelen” atau “Bagelen” itu berasal dari kata “Pagalihan” yaitu daerah yang masuk wilayah Galuh.. Kata “Galih” menurut menurut pendapatnya adalah bentuk karama dari kata Galuh. Contohnya kata Pangguh = Panggih, Lungguh=Linggih, Rungkuh=Ringkih. Dengan demikian , Pegaluhan, Pegalihan, Pagelen, dan Bagelen memang merupakan wilayah kekuasaan Sri Maharaja Dyah Balitung Watukura yang ditandai dengan sebuah aliran Sungai Besar, Sungai Watukura yang kemudian dikenal dengan nama sungai Bogowonto, karena dikedua tepinya banyak Begawan berada. Dalam sejarah berikutnya , daerah Watukura masih dikenang. Ini terbukti dalam naskah Negara Kertagama , Raja Hayam Wuruk masih menyebut nama tersebut. Sedangkan dalam masa kerajaan Demak, Bagelen merupakan suatu propinsi yang dipimpin oleh seorang Tumenggung. Para Kenthol Bagelen memegang peranan penting dalam pembentukan Kerajaan Mataram Islam. Sutawijaya yang kemudian bergelar Sebagai Panembahan Senapati telah mengingat persaudaran dengan para Kenthol Bagelen. Para Kenthol itu pula merupakan pasukan andalan dalam menumpas pemberontaka-pemberontakan maupun dalam operasi operasi militer, termasuk dalam pertempuran melawan VOC di Batavia.
Kesatuan dan kesetiaan orang-orang Bagelen mulai digoyah, tatkala di Kerajaan Mataram timbul pertikaian. Berdasarkan Perjanjian Giyanti , 13 Februari 1755, atas prakarsa VOC Belanda, wilayah Bagelen (Purworejo) dibagi dalam dua bagian sebagian masuk wilayah Surakarta dan sebagian lagi masuk wilayah Yogyakarta. Namun pembagian tersebut tidak jelas batas-batasnya.”Tumpangpuruk, campur baur seperti rujak” Ungkap Laksono salah seorang peneliti. Pemecah belahan ini makin terasa tatkala abad ke-19 pecah perang Diponegoro.