Selasa, 16 Juni 2009

TOKOH : Prof. Dr. Raden Kasman Singodimedjo


MEMIMPIN ITU JALAN MENDERITA
HIDUP ITU BERJUANG


Prof Dr Mr. Raden Kasman Singodimedjo. Pernah menjabat Jaksa Agung, Kepala Kehakiman Militer, Menteri Muda Kehakiman, Ketua BPUPKI (Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Ketua KNIP (DPR RI Pertama) Beliau seorang yang pemberani dan penegak kebenaran.

Prof Dr Mr Raden Kasman Singodimejo, tokoh Muhammadiyah kelahiran Kalirejo Purworejo Jawa Tengah 25 Februari 1908 dikenal sederhana, terus terang dan pemberani. “Namanya memang Singodimejo, kenyataannya dia singa di mana-mana,” kata Mohamad.Roem, kawan dekat beliau sejak muda.Suatu hari setelah ceramah di Ternate, Kasman harus menyeberang ke Bitung (Sulawesi Utara) memenuhi undangan di sana. Ketika sampai di tepi laut, tiba-tiba cuaca berubah. Angin besar, ombak laut makin tinggi. Pemilik perahu biasanya tidak berani berlayar, menunggu cuaca baik kembali. Namun tidak tahu kapan cuaca akan baik kembali. Dalam ketidak pastian, Kasman keluar singanya.“Apakah ada nakhoda Muslim yang percaya bahwa hidup dan mati di tangan Allah? Siapa yang bersedia mengantarkan saya dalam keadaan ini ke Bitung?” teriak Kasman. Teriakan itu menularkan keberanian ke hati pemilik kapal. Beberapa orang mengacungkan tangan. Namun karena hanya perlu satu perahu, maka ia memilih salah satu dan terima kasih kepada yang lain. “Kalian juga sudah mendapat pahala.”Dalam buku biografinya: “Hidup Itu Berjuang”, diceritakan ketika dalam tahanan Orde Lama, dia diminta mengakui mengadakan rapat gelap untuk gerakan makar. Kasman menolak karena memang tidak melakukannya. Lalu dikonfrontir dengan Nasuhi, tahanan lain. “Tidakkah Letkol malam itu menjemput Pak Kasman lalu membawanya ke Tengerang?” kata pemeriksa. Nasuhi diam. Pertanyaan itu diulang dan diulang lagi. Tapi Nasuhi tetap diam. “Awas! Letkol diproses verbaal telah mengakuinya,” penyidik mulai menggertak. Nasuhi tetap diam. Suasana senyap.Kasman minta ijin bicara: “Bismillahir rahmanir rahim. Nasuhi kamu kan percaya kepada Allahu Akbar. Jawablah secara jantan. Kamu kan laki-laki. Allah sebagai saksi. Jawab yang lantang supaya kedengaran,” kata Kasman.Nasuhi menjawab: “Saya terpaksa menandatangani proses verbaal. Sebetulnya tidak begitu.” Lalu Kasman menyambung: “Nah, itulah tuan-tuan keadaan yang sebenarnya. Saya sebagai bekas Jaksa Agung, bekas kepala Kehakiman Militer, bekas Menteri Muda Kehakiman, tahu persis semua ini tidak syah.” Kasman lalu berdiri. Dibuangnya kursinya jauh ke belakang, tangannya diangkat lalu berteriak sangat keras dan melotot. “Percuma pemeriksaan semacam ini! Silakan tuan-tuan cabut pistol. Tembak saya! Tembak! Tambak!” Jaksa itu gagal memaksa Kasman. Singanya keluar pada saat yang tepat.Di luar soal “singa”, ada dua pesan Kasman yang patut direnungkan. Pertama: “Hidup itu berjuang”. Kedua: “Jalan pemimpin itu bukan jalan yang mudah. Memimpin itu jalan menderita”. Berjuang dan menderita memang sering menyatu. Kasman tidak hanya bicara tetapi telah menjalaninya berkali-kali.Sejak muda ia terlibat aktif mendirikan republik ini, kemudian melalui Masyumi dan Muhammadiyah berjuang mengisi negeri ini sesuai cita-cita dan prinsip hidupnya. Untuk itu dia rela empat kali masuk penjara. Sekali pada zaman Belanda, tiga kali masa rezim Orde Lama. Tapi dia tetap bahagia. “Bahagia dalam keluarga, bahagia karena hidup punya cita-cita,” kata Pak Roem. Karena “hidup itu berjuang”, maka bagi mereka yang tidak berjuang atau meninggalkan gelanggang perjuangan, sesungguhnya dia telah kehilangan makna hidupnya.


Jika hidup kehilangan makna, maka hidup itu sia-sia. Kata Imam Syafi’i: “Ucapkan takbir untuknya empat kali tanda kematiannya.”Pesan lainnya, pemimpin itu harus siap jika harus melalui jalan derita. Ini penting karena kini banyak orang mengira jalan pemimpin itu jalan di atas karpet merah, mobil mewah, rumah megah dan kursi empuk. Maka ketika negeri ini terpuruk dan rakyat dijerat kemiskinan akibat kenaikan BBM, yang terdengar adalah seruan rakyat mengencangkan ikat pinggang. Bukan pernyataan para pemipin, mulai presiden, wapres, anggota dewan dan seterusnya akan memotong sebagaian penghasilannya, membatalkan kunjungan kerja yang selama ini tidak berfaedah dan hal lain sejenis itu.Dalam Muhammadiyah, mereka yang ingin terjun ke persyarikatan dengan tujuan agar memperoleh fasilitas hidup, maka dia akan kecewa. Dia akan meninggalkan jejak buruk yang tak gampang terhapus dari ingatan. Tak dilarang kita menggunakan fasilitas, apalagi demi kelancaran tugas. Tetapi sungguh menyedihkan jika pimpinan persyarikatan, majelis, lembaga, ortom, amal usaha berebut fasilitas dan lupa menunjukkan kerja nyata. Baru bekerja kalau sudah tersedia fasilitas. Muhammadiyah adalah organisasi kerja. Bukan organsiasi papan nama, apalagi sekadar tempat numpang gaya dan numpang fasilitas.

Pesan Pak yang diucapkan ketika beliau masih mahasiswa bahwa jalan pemimpin itu jalan menderita, masih relevan sampai sekarang. Al-Quran juga mengingatkan: “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereke ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul berkata: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah amat dekat.” (QS 2: 214)




Ketua KNIP

29 AGUSTUS 1945 s.d. PEBRUARI 1950Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945.Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP :
· Mr.Kasman Singodimedjo - Ketua
· M. Sutardjo Kartohadikusumo - Wakil Ketua I
· Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II
· Adam Malik - Wakil Ketua III


Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan.Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik.


3 komentar:

  1. Okay dech, very nice, good ...!!!

    BalasHapus
  2. Kalau makam Prof Dr Mr. Raden Kasman
    Singodimedjo dimana ya?
    Di makam magirsari, clapar/kalirejo bagelen jg tidak terdeteksi..
    Nuwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di jln benoa raya tangerang dekat pintu air 10 bozzzz

      Hapus